BEJANA KEMULIAAN



Dulu aku adalah bejana yang indah. Aku berada di dalam rumah-rumah orang yang kaya. Diperlukan banyak uang jika mereka ingin membawaku pulang dan meletakkanku di bagian terbaik di salah satu sudut rumahnya.

Aku sangat bangga dengan keadaanku. Tak heran jika banyak yang mengatakan bahwa aku adalah bejana yang sombong. Sampai suatu hari, ada seekor anjing milik tuan rumah, menyenggolku hingga aku terjatuh. Aku menjadi kepingan-kepingan kecil. Aku hancur dan itu sangat sakit. Aku dibuang di tempat terburuk. Banyak orang yang sengaja atau pun tidak telah menendangku.

Sore itu ada seorang tua yang memungutku. Dia menyusunku. Aku sangat senang karena aku akan direkatkan menjadi untuh kembali. Ternyata aku salah. Orang tua itu menghancurkanku. Lebih hancur dari sebelumnya. Aku sangat putus asa. Terlebih saat dia membuatku begitu kesakitan dengan meremas-remas tubuhku. Bara api sudah menjadi temanku. Aku digosok hingga perih itu kerap menghampiriku.

Dia menyayat-nyayat bagian tubuhku lalu memoleskan cairan yang membuatku semakin membencinya. Dia membuatku semakin buruk. Aku enggan membuka mataku. Sudah seminggu orang tua itu tak menyentuhku lagi. aku pun membuka mata dan mendapati diriku berada di tempat yang tinggi. Aku mendapati sosok yang indah di depanku, bahkan lebih indah dari diriku yang dulu. Aku tak mengenalnya.

Beberapa saat kemudian, aku menyadari bahwa di depanku adalah sebuah cermin, dan sosok itu adalah bayangan diriku. Aku tak percaya dengan apa yang telah kulihat. Seketika itu juga aku menangis dan menyesal karena sepanjang kesakitan yang aku alami, aku hanya menggerutu dan menghujat. Tidak pernah terucap kata syukur dari mulutku. Ternyata kesakitan itu menjadikan hidupku semakin indah dan aku tahu bahwa orang tua itu memiliki tangan-tangan ajaib.

Kita seperti bejana itu. Seringkali menghujat dan protes terhadap apa yang kita alami. Kita ingin lari dari kesakitan dan selalu ingin mendapatkan hal baik. Bejana di atas menjadi lebih indah daripada yang sebelumnya, demikian pula dengan hidup kita. Kita akan menjadi lebih berharga dari kehidupan kita yang dulu setelah melalui berbagai macam proses. Ujian-ujian yang kita alami akan menjadikan kita sebagai “Bejana Kemuliaan” Tuhan.

"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." Yeremia 18:4

Tuhan Yesus memberkati..😇

Comments

Popular Posts