TELINGA
Telinga merupakan suatu alat indera yang luar biasa yang Tuhan berikan bagi kita. Dari yang pernah saya tuliskan sebelumnya, saya memperhatikan bahwa orang yang memiliki keterbatasan dalam pendengaran (tunarungu) ternyata juga mengalami keterbatasan dalam berbicara.
Mengapa demikian? Karena memang selalu siklus sistem itu berlaku dalam setiap aspek hidup manusia. Dalam sistem ada yang namanya input dan output. Untuk bisa mengeluarkan output (misalnya dalam bentuk pemahaman atau berbicara) dibutuhkan input (dalam hal ini misalnya dalam bentuk pendengaran dan penglihatan).
Untungnya Tuhan memang luar biasa. Ya begitu luar biasanya sampai orang dengan keterbatasan pendengaran pun tetap dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat dan juga dari bahasa tulisan.
Bukan hanya untuk mendengar, di dalam telinga juga terdapat fungsi keseimbangan tubuh. Jika alat keseimbangan ini terganggu, maka sulit bagi kita untuk bisa berjalan dengan baik.
Kalau mau dipikirkan dengan seksama, ternyata fungsi keseimbangan itu terkait erat dengan fungsi mendengar. Kalau tidak, tentu saja Tuhan tidak akan merancang kedua fungsi itu dalam satu kesatuan.
Dalam salah satu mata kuliah, yaitu Perancangan Produk, terdapat dua macam tipologi perancangan arsitektur produk, yaitu integral dan modular. Dalam tipe integral, dua atau lebih fungsi produk berada dalam satu kesatuan. Dalam tipe modular, setiap kesatuan memiliki hanya satu fungsi saja.
Dalam hal ini, telinga kita dirancang dalam tipe arsitektur integral. Berarti dua fungsi yang ada itu berkaitan sangat erat dan tidak bisa dilepaskan satu dengan lainnya. Ada satu ayat yang sangat populer berkaitan dengan fungsi telinga, yaitu: iman timbul dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Tuhan.
Iman adalah sesuatu yang akan menjaga kita tetap berjalan seimbang dalam kehidupan ini. Dalam menghadapi badai kehidupan, masalah, dan beban yang menghadang, jelas dibutuhkan iman. Iman ini ternyata timbul dari pendengaran. Menarik ya?
Memang iman juga bisa timbul dari penglihatan. Seperti para murid yang menyaksikan Tuhan Yesus yang bangkit dari kubur dan iman mereka dibangkitkan karena hal itu. Tapi ada juga yang melihat mujizat yang Tuhan Yesus lakukan, mereka tetap berkeras bahwa itu adalah bukan mujizat yang Allah berikan.
Tetapi dinyatakan dengan jelas bahwa iman timbul dari pendengaran, dari telinga kita. Keseimbangan dalam hidup kita akan dapat dijaga jika memang kita secara konsisten menjaga hidup kita dengan mendengar firman Tuhan. Tentu saja bukan hanya sekedar mendengar.
Dalam Bahasa Inggris akan lebih terasa benar perbedaannya dibandingkan dengan Bahasa Indonesia. Mendengar itu ada dua istilah yang umum dalam Bahasa Inggris, yaitu “hear” dan “listen”.
Setiap orang yang tidak memiliki keterbatasan dalam pendengarannya tentu akan dapat mendengar (hear). Hanya saja tidak setiap orang yang dapat mendengar (hear) dapat sungguh-sungguh mendengarkan (listen).
Ayat di atas bicara mengenai mendengarkan (listen). Jadi dalam pembacaan firman Tuhan, perlu sekali mendengarkan dengan seksama. Jelas terdapat sejumlah unsur dalam mendengarkan:
1. Meluangkan waktu.
2. Memberikan konsentrasi dan pikiran untuk mencernanya.
3. Merenungkan hal itu dan menerimanya dalam hati.
Jika setelah tiga tahapan itu, tentu saja melakukan firman menjadi suatu tahapan akhir yang akan menjaga keseimbangan dalam hidup. Iman selalu terkait dengan perbuatan. Tanpa perbuatan, maka iman menjadi dipertanyakan.
Dalam berjalan bersama Tuhan, seberapa sering kita mendengarkan perkataan Tuhan? Lewat firman-Nya, lewat sejumlah orang yang Tuhan kirim bagi kita, lewat kata-kata lembut yang ada dalam hati kita? Tuhan bahkan bisa menggunakan media film dan lagu, bahkan kejadian sehari-hari untuk berbicara kepada kita.
Apakah kita menggunakan telinga kita dengan seksama? Apakah kita menulikan telinga kita terhadap suara-Nya? Biarlah lewat telinga kita, kita akan dapat mendengarkan suara-Nya. Biar lewat telinga kita, orang akan dapat mendengar suara-Nya.
Amin dan Tuhan Yesus memberkati..
Comments
Post a Comment