BELAJAR MENJADI SEPERTI ANAK- ANAK NAMUN TIDAK KEKANAK- KANAKAN - renungan kristen






Yesus berkata dalam Matius 19:14, "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Hal ini menyatakan bahwa orang yang memiliki sikap dan ketulusan seperti seorang anak adalah mereka yang akan mempunyai Kerajaan Sorga.


Namun menjadi seperti anak-anak bukan berarti bersikap kekanak-kanakan. Paulus berkata, "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." (1 Korintus 13:11).


Bertumbuh dewasa rohani


Ketika Paulus membuat pernyataan ini, dia menggunakan kata Yunani 'nepios' yang biasanya diartikan sebagai anak yang paling muda dan paling tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Paulus membuat perbandingan ini untuk menunjukkan bahwa ada orang percaya yang tidak bertumbuh secara rohani, yang pengertian dan kecerdasan spiritualnya masih sama dengan anak-anak.


Kata 'nepios' sering digunakan di Alkitab menunjuk kepada seseorang yang cara berpikirnya sederhana dan seperti bayi. Contohnya adalah di Matius 11, di ayat 25 Yesus berkata, "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil." Kata 'orang kecil' disini menggunakan kata 'nepios', yaitu mereka yang mempercayai Tuhan seperti seorang anak.


Namun Paulus mengajarkan bahwa kita diharapkan tidak menjadi terus seperti anak-anak dalam iman kita. Yesus mengutus Roh Kudus untuk memastikan agar kita bertumbuh dewasa secara rohani.


Bertumbuh dalam kerendahan hati


"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (Matius 18:3-4)


Anak-anak dalam kisah ini adalah anak sekitar usia balita. Anak seusia ini akan mempercayai perkataan apapun yang disampaikan orangtuanya. Mereka akan percaya janji yang disampaikan ayah dan ibunya bulat-bulat, tanpa memikirkan apakah orangtuanya memiliki kemampuan untuk mewujudkan janji tersebut.


Kerendahan hati seorang anak disini terlihat bagaimana mereka begitu bergantungnya mereka pada orangtuanya. Tanpa adanya orangtua atau orang dewasa disekitar mereka menjadi tidak berdaya.


Demikian juga seharusnya kita kepada Tuhan, kita harus bergantung sepenuhnya kepada Dia. Seringkali kita menjadi sombong dan merasa bisa menjalani hidup ini dengan kekuatan kita sendiri. Kita menjauhkan diri dari Tuhan dan persekutuan orang percaya, mungkin karena terluka atau alasan lainnya. Namun itu adalah sifat kekanak-kanakan, seperti seorang anak yang sedang ngambek.


Mari kita belajar menjadi seperti seorang anak yang rendah hati, dan menyadari bahwa diri kita tidak sanggup menjalani kehidupan ini tanpa Tuhan.


Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." 1 Petrus 5:5


Memiliki sikap yang mudah diajar


Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. ~ 1 Yohanes 3:1


Salah satu ciri seorang anak adalah mereka mudah sekali belajar sesuatu yang baru. Mereka belajar dari melihat, mendengar dan meneladani orang-orang dewasa di sekitarnya.


Kita adalah anak-anak Allah, namun juga merupakan seorang murid Kristus. Jadi kita harus memiliki sikap hati yang mudah diajar, memiliki hati yang lembut dan peka saat Roh Kudus berbicara kepada kita.


Kita belajar dari membaca kebenaran Firman Tuhan, mendengarkan pengajaran-pengajaran hamba-hamba Tuhan kembali membandingkannya pada kebenaran Firman Tuhan dalam tuntunan Roh Kudus. Selain itu kita juga belajar dari orangtua rohani kita, mereka yang memberikan hidupnya untuk menjadi pembina rohani dan mentor kita.


Seorang anak belajar melalui teguran dan juga kadang hajaran. Namun teguran dan hajaran itu terjadi jika seorang anak sudah mulai keluar dari jalur dan melakukan pelanggaran. Untuk itu kita sebagai anak-anak Allah, jangan sampai keluar dari jalan-jalan kebenaran. Namun jika ada yang menegur kita, maka rendahkanlah hati dan kembalilah periksa diri, jangan malah tersinggung. Hal inilah yang akan membentuk kita menjadi seorang yang dewasa rohani.


Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. ~ Kolose 1:28


Kristus mati di kayu salib agar kita yang percaya kepada-Nya dilahirkan baru dan menjadi anak-anak Allah yang bertumbuh menjadi serupa dan segambar dengan Dia. Walaupun kita akan selalu menjadi anak Allah, namun bukan selamanya kita menjadi anak-anak secara rohani, namun kita harus terus bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus, yaitu dewasa secara iman dan roh. Hal ini bukan berarti kita menjadi sempurna dan tidak berdosa lagi, karena selama kita masih hidup dalam dunia ini akan selalu ada pencobaan-pencobaan yang kita hadapi. Namun dewasa secara iman dan roh berarti kita menjadi pribadi yang rendah hati, mudah diajar, dan menjadi seorang murid yang meneladani Kristus dalam setiap langkah hidupnya.


Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah. ~ Ibrani 12:2


Tuhan Yesus memberkati...

Comments

Popular Posts